CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Senin, April 12, 2010

Hidup Itu Misteri Ilahi

By: Grace Suryani

Hidup itu misteri Ilahi. Duh saya lupa siapa yah yang nyanyi lagu itu… tapi pokoknya ada deh lagu yg syairnya begitu, hehehe… Hari ini, saya lagi di rumah, baru aja pulang nganterin temen2 saya yang ngelanjutin sekolah ke China. Sepulang dari bandara, di mobil saya ngobrol banyak ama seorang temen saya. Cerita2 tentang hidup yg rasanya begitu ‘aneh’, tentang pertemuan2 yg ngga terduga, ttg friendship, perpisahan, cinta, impian2 dstnya.

Temen saya cerita, kadang ada banyak hal yang dia ngga bisa terima… kenapa mesti begini, kenapa mesti begitu. Tapi toh akhirnya, itu semua harus diterima. Idup ini emank aneh… ngga pernah bisa diduga ataupun ditebak. Yah hidup itu misteri Ilahi.

Saya jadi merenung denger kata2nya. Menerima… menerima bahwa hidup itu sesuatu yg aneh, sesuatu yg kadang begitu sulit utk diterima. Saya jadi mikir, kalo kita ngga bisa menerima bahwa hidup ini emank misteri Ilahi, hidup ini bener2 di tangan Tuhan dan bukan di tangan saya, kita ngga mungkin bisa betul2 menikmati indahnya idup ini dengan segala keanehannya. Menikmati indahnya misteri yg ada di dalam kehidupan kita.

Ada saatnya dimana saya ngerasa frustrasi ngeliat idup saya. Ada banyak hal yang ingin saya capai Saya mungkin termasuk jajaran orang yang cukup ambisius, dengan cita2 en impian setinggi langit. Saya juga ngga suka dengan kata ‘menyerah’. Apalagi jika itu berkaitan dengan hidup saya. Saya selalu merasa, saya bisa meraih semua cita2 saya seorang diri. Ada hasrat yang selalu terpendam dalam hati saya, saya ingin belajar banyak hal… saya ingin banget ngeliat dunia.

Sayang, di tengah segala impian saya yang membumbung tinggi, ada 1 hal yg sering kali saya lupakan. I’m limited. Saya terbatas. Sering banget saya berusaha meminimalkan keterbatasaan saya, tapi tetep pada akhirnya, saya punya banyak keterbatasan. Ini yang bikin saya frustrasi. Impian saya setinggi langgit, tapi kemampuan saya ngga segitu…

Secara teoritis, saya tahu cara mengatasinya. Menyerahkan semua sama Tuhan. Tapi secara praktek rasanya itu berat banget. Saya ngga suka berserah. Menurut saya, ini hidup saya ! semestinya saya mengatur semuanya. . .

Menerima. . . entah kenapa, kata2 temen saya itu nancep banget di hati saya. Menerima. Saya rasa ini saatnya saya belajar menerima. Menerima kalo saya punya keterbatasan. Menerima kalo hidup itu ada di tangan Tuhan, bukan di tangan saya. Menerima bahwa ngga selalu saya mendapatkan semua yang saya inginkan. Menerima bahwa saya butuh Tuhan. Saya butuh Tuhan.

Guys, saya inget doa seseorang bijak yang pernah saya baca. Kata2 persisnya saya lupa (apalagi siapa yang nulis doa ini. Hehehe). Tapi kira2 kata2nya seperti ini :

“Tuhan berilah saya kekuatan untuk merubah hal2 yang harus dirubah di dalam kehidupan saya. Berilah saya kesabaran untuk menerima hal2 yang tidak bisa dirubah dalam hidup saya. Dan berikan saya kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.”

Sebagai anak muda, sering banget dengan semangat menggebu-gebu kita mau merubah segala sesuatu. Tapi kadang kita (khususnya saya) harus berhadapan dengan kenyataan bahwa ada hal2 yg tidak bisa dirubah. Sebaliknya kitalah yang harus menerima itu. Yang terpenting dari itu semua, kita butuh kebijaksanaan. Kita butuh hikmat dari Tuhan. Kita butuh Tuhan.

Untuk pertama kalinya dalam minggu ini, saya bisa bersyukur untuk semua keterbatasan yang saya miliki. . .

Sby, 17 Oktober 2003
Dedicated untuk Bapa yang mengerti hati saya lebih daripada saya sendiri

0 komentar: